Ada satu momen yang masih saya ingat jelas. Waktu itu, saya baru saja dipindah ke divisi purchasing. Tugas pertama saya terlihat sederhana: memilih vendor untuk pengadaan alat kantor. Tapi yang saya hadapi justru kebingungan total—dari memahami dokumen tender sampai negosiasi harga yang terasa seperti adu taktik tanpa aturan.
Saat itulah saya sadar, pembelian itu bukan sekadar beli barang. Ada seni, strategi, dan tanggung jawab besar di baliknya. Dan semua itu hanya bisa dikuasai lewat pelatihan yang tepat sasaran.
Di banyak perusahaan, proses pembelian masih dipandang sebagai aktivitas pendukung. Padahal, purchasing adalah fondasi operasional. Apa yang dibeli, dari siapa, dengan harga dan syarat seperti apa—semua berdampak langsung ke produktivitas, efisiensi, hingga reputasi.
Tanpa keahlian yang cukup, proses pengadaan bisa tersendat. Atau lebih buruk: menyebabkan kerugian karena kontrak yang tak menguntungkan. Di sinilah pelatihan procurement berperan sebagai game changer.
Bagi saya pribadi, pelatihan purchasing itu seperti GPS di jalan yang belum pernah dilewati. Ia membantu saya memahami rute, menghindari jebakan, dan sampai ke tujuan lebih cepat.
Pelatihan pengadaan barang dan jasa bukan cuma membahas soal dokumen tender atau vendor list. Kita diajak membedah proses pengadaan dari hulu ke hilir. Mulai dari sourcing strategy, negosiasi pembelian, manajemen vendor, hingga penerapan e-procurement.
Dan yang paling penting: semua itu dikemas dalam simulasi nyata. Jadi, bukan hanya paham teori, tapi juga siap praktek.
Dari berbagai program yang saya ikuti, ada beberapa kompetensi yang sangat terasa dampaknya di lapangan:
Analisis kebutuhan dan perencanaan pembelian strategis
Audit pembelian dan kontrol risiko dalam procurement
Penerapan procurement strategy yang adaptif
Pengelolaan vendor secara berkelanjutan
Teknik negosiasi berbasis data dan kebutuhan operasional
Pemanfaatan teknologi digital dalam proses pengadaan
Program training purchasing management dari Berdiklat menggabungkan semua poin penting ini dalam satu rangkaian pelatihan yang padat, aplikatif, dan mudah dicerna. Kamu bisa lihat detailnya lewat training manajemen pengadaan barang dan jasa.
Saya pernah terlibat dalam proyek pengadaan besar untuk keperluan ekspansi pabrik. Prosesnya rumit—melibatkan vendor luar negeri, kontrak bernilai miliaran, dan banyak pihak internal yang harus dilibatkan.
Tanpa bekal dari pelatihan supply chain dan manajemen pembelian sebelumnya, saya mungkin akan kebingungan. Tapi karena sudah terbiasa dengan simulasi dan studi kasus selama pelatihan, saya bisa menyusun strategi pengadaan yang lebih efisien dan menghindari potensi konflik.
Yang berubah bukan hanya hasilnya, tapi juga cara berpikir saya dalam menghadapi masalah.
Ada perusahaan yang rela menghabiskan anggaran besar untuk membeli sistem e-procurement tercanggih. Tapi lupa satu hal: sistem secanggih apa pun tetap butuh orang yang tahu cara menggunakannya dengan benar.
Itulah mengapa pelatihan manajemen rantai pasok dan purchasing bukan sekadar pelengkap. Ia adalah kunci agar setiap sistem dan kebijakan bisa dijalankan dengan efektif. Karena pada akhirnya, yang menentukan keberhasilan bukan hanya tools, tapi kemampuan orang di baliknya.
Berdasarkan pengalaman saya, pelatihan ini sangat cocok untuk:
Staf purchasing dan procurement yang ingin naik level
Supervisor atau manajer logistik dan supply chain
Konsultan pengadaan dan vendor evaluator
Fresh graduate yang ingin berkarier di dunia pengadaan
CEO dan pimpinan unit bisnis yang ingin memahami alur pengadaan secara strategis
Singkatnya, siapa pun yang terlibat dalam proses pembelian atau pengambilan keputusan di area pengadaan bisa mendapat manfaat luar biasa.
Dalam dunia bisnis yang makin kompetitif, pembelian bukan lagi soal “siapa paling murah”, tapi “siapa paling cerdas dalam menciptakan nilai”. Dan kecerdasan itu bisa diasah—asal diberi ruang belajar yang tepat.
Bagi saya, pelatihan purchasing adalah fondasi untuk membangun keputusan yang lebih matang. Ia mengajarkan bukan hanya cara memilih vendor terbaik, tapi juga cara berpikir sistematis dalam proses pengadaan.
Kalau kamu merasa purchasing di tempat kerja masih sekadar fungsi administratif, mungkin sudah waktunya di-upgrade. Cobalah pertimbangkan untuk mengikutsertakan timmu dalam pelatihan berdampak tinggi seperti yang ditawarkan oleh Berdiklat.
Punya pengalaman serupa? Atau ingin diskusi soal tantangan procurement di tempatmu? Yuk, share ceritamu atau hubungi kami langsung. Siapa tahu, dari sharing sederhana, bisa lahir solusi luar biasa.